Istri Bohongan
Jangan dibalas karena Allah menjanjikan surga bagi istri yang tetap sabar
Dalam kenyataannya mungkin Mama sebagai istri akan mengalami perdebatan dengan suami, bahkan berujung pada ketidakserasian dalam hal komunikasi.
Khususnya dalam pernikahan, jika istri tetap sabar saat menghadapi suaminya yang sedang marah, maka Rasulullah menjanjikan surga.
Hadis ini diriwayatkan oleh Ath-Thabrani, berikut sabda Nabi SAW:
“Perempuan-perempuan kalian yang menjadi penghuni surga adalah yang penuh kasih sayang, banyak anak, dan banyak kembali (setia) kepada suaminya yang apabila suaminya marah, ia mendatanginya dan meletakkan tangannya di atas tangan suaminya dan berkata, ‘Aku tidak dapat tidur nyenyak hingga engkau rida.”
Selain bukan perbuatan baik, tindakan saling menghina satu sama lain juga akan berakibat fatal bagi pernikahan jika dilakukan secara terus-menerus.
Alangkah baiknya setiap pasangan suami istri bisa saling menyayangi, menghormati dan berlaku baik agar tidak terjadi konflik yang mengancam keharmonisan keluarga.
Arya ingin pulang ke rumah orangtuanya sekaligus merayakan ulangtahun pernikahan mereka di Magelang. Arya memutuskan datang dengan membawa calon istri seperti keinginan orangtuanya, tapi dia bingung karena kekasihnya, Amara adalan wanita karir yang sibuk. Masalahnya, orangtuanya selalu berpikir kalau wanita karir tidak bisa menghormati suami. Arya dan Amara mencari cara agar hubungan mereka direstui orangtua Arya. Muncullah ide mencari pacar bohongan yang dikontrak Arya. Setelah memilih sekian banyak wanita akhirnya pilihan jatuh ke Fani. Arya menjanjikan uang 30 juta kepada Fani jika Fani mau menjadi pacar bohongan selama sebulan. Fani menerima tawaran itu karena dia membutuhkannya untuk membayar hutang ibunya di kampung akibat penyakit yang dideritanya.
Maka pergilah Arya dan Fani ke Magelang. Banyak hal yang dilakukan Fani tapi orangtua Arya tetap tidak menggubris. Suatu saat Amara datang ke Magelang, menemui Arya dan keluarganya. Arya kaget dan berusaha supaya Amara tidak buka suara. Amara tidak tahan untuk menceritakan hubungan Arya yang sebenarnya dengan Fani dan bahwa mereka adalah kekasih yang sesungguhnya. Orangtua Arya marah, karena merasa dibohongi. Fani pun memutuskan untuk pergi. Arya baru menyadari kalau dia mencintai Fani. Arya berusaha mengejar Fani tapi terlambat.
Senin 16-12-2024,04:34 WIB
''Perusuh'' Disway membuat lingkaran. Latihan dulu. Setelah lancar mulailah tim video boleh ambil gambar. Mulailah mereka menyanyikan bersama lagu ''Lilin-lilin Kecil''.
Lagu itu bagian dari doa bagi pencipta lagunya sendiri, yang sekarang lagi berjuang untuk sembuh dari kanker: James F. Sundah.
Saya pun mengirimkan video itu ke Lia, istri James yang sejak 20 tahun lalu tinggal di New York, Amerika Serikat.
Kami memang punya acara tahunan: pembaca Disway berkumpul. Mereka disebut ''perusuh'' karena komentar mereka di Disway banyak yang ''nakal''.
Kuota pertemuan itu 40 orang. Pembaca yang berminat harus mendaftar. Lalu diundi siapa yang masuk 40 besar.
Tahun ini pertemuan itu berlangsung Sabtu dan Minggu kemarin. Di Surabaya dan di Pacet, Mojokerto.
Di Surabaya mereka ikut senam massal menandai ulang tahun ke-8 SDI –Senam Dahlan Iskan. Anggota di lima cabang senam itu kumpul jadi satu di Atlantis Land, Pantai Kenjeran Surabaya.
Pertemuan Perusuh Disway itu tahun lalu diadakan di Candi Prambanan. Tahun sebelumnya di Agrinex, Pandeglang, Banten Selatan. Entah tahun depan.
Setelah pertemuan selesai saya minta bantuan doa pada mereka untuk James F. Sundah –wartawati Zulfarida Ariyani yang memimpinnya.
Anda pun jadi tahu: mengapa saya tidak jadi Camino bulan Oktober lalu. Lia-lah yang menurut rencana akan menemani saya ke perjalanan rohani menuju Cathedral di Santiago, Spanyol itu. Ketika tiba waktunya siap-siap ber-Camino Lia ternyata harus merawat suami.
Maka di bulan September itu rapat-rapat-jarak-jauh yang mestinya membahas apa saja yang harus disiapkan untuk Camino menjadi semacam konsultasi bagaimana cara menangani penyakit James.
Lia ingin membawa pulang James ke Indonesia. James merasa lebih nyaman kalau penanganan kankernya dilakukan oleh dokter Asia yang memahami pengobatan timur.
Saya keberatan dengan ide itu. "Anda beruntung terkena kanker di Amerika. Rumah sakit terbaik ada di sini. Obat terbaru ada di sini. Dokter paling hebat ada di sini," kata saya.
Apalagi sebagai pemegang kartu permanent residence, James-Lia berhak atas fasilitas kesehatan Amerika. Belum lagi asuransi kesehatan suami-istri itu ampuh untuk pengobatan apa pun di sana.
Lia berhari-hari menangis. Pun di saat telepon saya di tengah malam. Saya harus bijaksana berbicara dengan wanita yang lagi dalam duka yang dalam.
"Saya...em... belum siap kehilangan James," ujar Lia sesenggukan. Tidak hanya satu-dua kali. "Saya sangat sayang James," katanyi berkali-kali.
Lia mencium James F. Sundah saat video call dengan Dahlan Iskan.--
Sehari bisa tiga-empat kali Lia menelepon saya. Dari New York. Sebagai orang yang pernah sakit kanker saya tahu kejiwaan seperti apa yang dialami James dan Lia. Saya harus lebih dulu menata suasana kebatinan itu dulu.
Sikap pertama orang yang divonis kanker, Anda sudah tahu: menolak kenyataan itu. Kadang menyalahkan keadaan. Bahkan sampai menyalahkan Tuhan.
Lama-lama orang itu bisa menerima kenyataan. Kadang sudah terlambat.
Kian cepat seseorang bisa menerima kenyataan kian cepat pula bisa berpikir jernih: memikirkan apa yang harus dilakukan.
Lia sangat cepat mulai berpikir jernih. Dia memang wanita yang cerdas. Berpikir cepat. Bertindak cepat. Pun saat membantu orang lain. Jaringannya juga luas. Di New York dia sering diundang wali kota untuk berbagai urusan.
Kini dia harus menangani bukan orang lain. Dia harus menangani suami sendiri: James F. Sundah.
Akhirnya saya lega: Lia berhasil menemukan rumah sakit yang tepat untuk sang suami: RS Mt. Sinai. Terkenal sekali. James pun segera dikirim ke sana.
Dari cara Lia mencari dokter, mencari rumah sakit, mencari obat, dan melakukan pemeriksaan terhadap semua obat yang harus diminum James, saya berkesimpulan: Lia bisa menjadi manajer James yang andal. Istri menjadi manajer untuk suami.
Orang sakit tidak hanya perlu perawat. Orang sakit lebih perlu seorang manajer pasien.
Saya ingat saat menghadapi keadaan antara hidup dan mati 18 tahun yang lalu. Hari itu saya telah mendapatkan seorang manajer andal untuk memanajemeni sakit saya.
Anda sudah tahu siapa orang itu: Robert Lai –orang Singapura yang ketika lahir di Hong Kong bernama Lai Chong Wing.
Robert-lah yang mencari dan memilihkan rumah sakit yang tepat. Dokter yang tepat. Kamar yang tepat. Pun sampai mendiskusikan dengan dokter kegunaan dan risiko dari setiap obat yang diberikan ke saya.
Robert pula yang mendisiplinkan diri saya. Pun mendisiplinkan istri saya. Anak-anak saya. Bahkan Robert sampai menciptakan kondisi agar semua perawat bekerja secara baik.
Lia mengerjakan semua itu untuk James. Saya punya Robert, James punya Lia. Saya pun memberikan nomor telepon Robert ke Lia. Mereka saling berkomunikasi bagaimana bisa menjadi manajer yang baik bagi seorang pasien yang sakit kanker.
Saya juga memberikan nomor dokter Indonesia yang ahli kanker: Prof Dr Ario Jatmiko. Saya tahu Prof Ario juga seorang penyanyi. Kalau Lia bisa berkomunikasi dengan Prof Ario pasti nyambung. Sesama pemusik.
"Saya merasa sangat terbantu oleh Prof Ario Jatmiko," ujar Lia. Tentu Lia juga punya jaringan sendiri di kalangan dokter. Di masa Covid dulu Lia dan James bikin gerakan Lilin-lilin Kecil secara online. Banyak anggota gerakan itu yang dokter.
Ketika saya ke Amerika Oktober lalu tentu ke rumah James. Tidur di rumah itu. Tiga hari. Saya lega. Wajah James sudah cerah. Lia juga sudah kembali cantik. Masa-masa stres kelihatannya sudah lewat.
Kanker di paru-paru James sudah mengecil. Pun yang di livernya. Juga yang di tulangnya. James sudah berhenti merokok. Makanannya juga sudah lebih terpilih.
Selama tiga hari di rumah itu saya melihat dari dekat bagaimana Lia merangkap pekerjaan sebagai istri dan sebagai seorang manajer bagi suami.
Saya melihat bagaimana Lia menata obat yang banyak itu. Saya juga melihat bagaimana Lia sukses merayu James menelan obat yang ke-12 atau ke-17 hari itu. Lalu mencium suami saat obat berhasil ditelan.
James juga sudah bisa kembali ke dapur. Saya dimasakkan pepes ikan dengan bungkus daun pepaya. Khas makanan Manado. Enak sekali.
Di rumah James ini saya jadi tahu: banyak obat Tiongkok yang palsu. Lia punya contoh-contoh mana yang asli dan mana yang palsu –sekilas hampir tidak bisa dibedakan.
Lia melacak keaslian semua obat sampai seperti seorang detektif. James tidak hanya dapat rumah sakit, dokter, dan obat yang tepat, tapi juga dapat manajer yang andal: Lia, istri sendiri.(Dahlan Iskan)
Komentar Dahlan Iskan di Disway Edisi 15 Desember 2024: BACA JUGA:Habib Bola
Tahlil ini sebutan "nusantara" saja. La di Arab memang g ada. Intinya tahlil itu apa? Ya doa. Strukturnya baca ayat alquran spt yg di sarankan Nabi Muhammad, sholawat, diakhiri Doa. Bukan menyembah yg lain.
Yg bilang tahlil itu Bid'ah, Haram, Masuk neraka, jadi Kafir itu org yg g pernah tahlil. Yg g tau isi bacaan tahlil. Padahal ya ini doa biasa saja. Tiap hari dibaca bisa. Atau setahun sekali. Bahkan seumur hidup sekali. G ada ketentuan. La namanya aja doa. Mau sehari 5x jg boleh.
Yg mengharamkan sampai bilang g akan nyampe doa doa itu kepada org yg sudah meninggal. Berarti dia tidak pernah sholat jenazah. Atau ikut tp g tau intinya. Atau ikut raganya saja. Jiwanya entah kemana.
Memang perlu belajar pakai akal untuk hal hal spt ini. Bukan pakai otot yg menjadikan permusuhan dan semakin terlihat bahwa "hal yg g sesuai dg ajaran mereka" itu salah. Dosa. Masuk neraka.
Memang HTI ini sudah dibubarkan. Tp faham spt ini perlu di bumi hanguskan.
Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
Zein Alhadad sing biasa dijuluki Mamak, pancen kabeh isoh:
Legenda Niac Mitra, ulusan SMA Alkhairiyah, saiki mewarisi ulama leluhur e.
Suroboyo banget, rek!
Karo rambut keriting khas pemain balbalan, sorban lan gamis sing anggun, nggabung jadi siji.
Bukti arek Suroboyo ora mung jago ngegoolke, tapi yo jago ngepidato nganggo bahasa Arab.
Salut karo Mamak sing tetep setia karo warisan keluarga, meskipun godaan 'goal' rohani luwih susah tinimbang ngeleke bal.
Ojo lali, lambang PSSI ning jas e tetep dadi saksi: legenda lapangan iki pancen peng-pengan.
Tapi mugo-mugo generasi peneruse akeh, mengalir..
Seluruh anak laki-laki di kelaurga kami, tidak ada satupun yang menerima hak waris dari Alm Bapak. Loh ajaran agamanya tentang waris bagaimana, apa tidak dipakai?. Tetap dipakai. Setelah dibantu dan dihitung oleh Pak Kiai atas hak laki-laki dan perempuan, hanya perempuan yang menerima. Kok bisa?. Ya , yang anak perempuan kebetulan memang membutuhkan. Sedang anak laki-lakinya semua sudah mandiri dan cukup. Jadi?. Kami sepakat semua hak yang diterima anak laki-laki dikumpulkan, dan diserahkan semuanya ke Ibu yang masih ada. Bagi anak-anak, kami harus balas budi yang terbaik ke Ibu yang telah membesarkan, dan mengongkosi kehidupan kami sampai bisa sekolah, bisa bekerja, dan akhirnya bisa mandiri. Maaf......sambil meneteskan airmata karena harus menulis kata-kata "Ibu". Kami tidak tega "Ibu" menanggung tambahan kesedihan gegara warisan setelah kesedihan ditinggal Alm Bapak. Itulah yang kami lakukan yang terbaik buat "Ibu" kami. Insya Allah barokah, tetap sehat, tetap iman dan islam dan bahagia menikmati hari tuanya.....Aamiin.
Di sebuah kafe yang jadi basecamp fans sepakbola, seorang pria menjelaskan kepada semua orang bahwa dirinya adalah penggemar sepakbola.
Ia meminta semua yang hadir untuk mengangkat tangan jika mereka juga penggemar sepakbola.
Semua orang mengangkat tangan, kecuali seorang remaja.
Pria itu menatap si remaja dengan heran dan berkata, "Mengapa kamu tidak mengangkat tangan?"
"Karena saya bukan penggemar sepakbola," jawab si remaja.
Pria itu bertanya lagi, "Kalau kamu bukan penggemar sepakbola, olahraga apa yang kamu sukai?"
"Saya penggemar basket dan bangga dengan hal itu."
"Mengapa kamu suka basket?"
"Karena ibu saya penggemar basket, dan ayah saya juga penggemar basket, maka saya juga penggemar basket!"
"Itu bukan alasan bagimu untuk menjadi penggemar basket. Kamu tidak harus selalu seperti orangtuamu. Bagaimana jika ibumu seorang pelacur dan ayahmu seorang pecandu narkoba, apa yang akan kamu lakukan? Apakah kamu akan mengikuti jejak mereka?"
Remaja itu tersenyum dan berkata, "Kalau begitu kondisinya, saya akan menjadi penggemar sepakbola."
Ojo wong lio ae sing diberitakno dadi Ulama. Pak Bos yo wes wayae fokus ke panggung rohani. Ojo ngincer 5i, 7i, ta terawang soko adoh, sing melu lungo DIC onok sing 8i. Mangkane podo ayem ora komen...wkwkwk.
Ketika Pohon itu tercipta, seisi hutan ini cemburu. la tidak meminta itu, ia hanya menjalani takdirnya.
Bagaimana ia begitu kokoh, panjang usia, musimpun mencintai ia tanpa mengoda.
Matahari dimusim panas mencumbui seluruh tubuh.
Nikmati, dengan segala tetes kringat.
Musim hujan hangat pelukan didadamu, tenggelam aku dalam lembutnya kulitmu.
Aku mash disini, diranjang ini.
Menjelajahi setiap jengkal tubuhmu.
Satu malam belum usai.
Indahmu sudah terlalu.
Memandangmu dalam telanjang yang indah,
Aku hanya menjalani takdir, juga kamu.
Koment ini saya tulis di dalam bus menuju lokasi senam di Atlantis Surabaya.. Bersama 40 perusuh mengikuti gathering perusuh setalah tadi malam wisata perahu di sungai kali mas, lanjut bersilaturahmi dengan Abah di kantor disway. Suasana riuh gembira menikmati perbincangan ala perusuh sembari menikmati sajian makan malam. Nikmat mana lagi nan dikau dustakan
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
TRIBUNWOW.COM - Selasa, (3/10/2017) menjadi hari yang sangat kelam bagi pasangan suami istri, Saruli dan Bunui.
Warga Desa Teluk Paman Kecamatan Kampar Kiri ini diserang Beruang.
Sekretaris Desa Teluk Paman, Mukhlis mengatakan, pasutri dengan empat putri dan satu putra itu sehari-hari berkebun Karet.
Pagi hari kejadian, mereka menyadap karet yang berjarak sekitar 500 meter dari belakang rumahnya.
3 Pembelaan Nikita Mirzani yang Disebut Hina Panglima TNI, Saya Bukan Perempuan Bodoh!
Diperkirakan pukul 10.00 WIB, beruang tiba-tiba menyerang. Tak ada saksi yang melihat.
Saruli (60), korban yang diterkam beruang di kawasan hutan di Desa Teluk Paman, Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar saat ini berada di IGD RSUD Arifin Achmad, Pekanbaru.
Menurut informasi, ia masuk ke IGD sekitar pukul 15.00 WIB.
Saruli terbaring lemah dengan kondisi terinfus di atas tempat tidur di sebuah ruangan di IGD itu.
Sekitar separuh dari bagian kepalanya ditutupi dengan perban.
Darah merah segar tampak memenuhi perban yang melilit bagian kepala Saruli.
Bahkan darah itu sampai merembes dan mengenai bagian alas kepalanya.
Astaga Tega Banget! Selama Bertahun-tahun Oknum Polisi Ini Cabuli Tiga Anaknya
Sedangkan bagian tubuhnya ditutupi dengan kain warna biru, lantaran Saruli hanya mengenakan celana dalam saja.
Saruli berada dalam keadaannya sadar.
Istri Saruli, Bunui (55) juga ikut menjadi korban penyerangan beruang.
Namun sayang, nyawanya tak tertolong lantaran mengalami sejumlah luka parah. Ia meninggal dunia.
Berikut rangkuman serangan beruang yang dialami oleh pasangan suami istri ini.
Di Kebun Karet itu hanya ada mereka berdua. Di sekitarnya kebun warga yang lain. Jarak lokasi kejadian masih jauh dari hutan.
Kawi (55) yang mengaku masih memiliki hubungan keluarga dengan Saruli (60), korban penyerangan beruang di Kabupaten Kampar menceritakan kronologis peristiwa naas tersebut.
Saat diwawancarai Tribun, Selasa (3/10/2017) sore di IGD RSUD Arifin Achmad Kawi menuturkan, peristiwa sendiri diperkirakan terjadi sekitar pukul 10.00 WIB pagi tadi.
Dilaporkan Karena Diduga Hina Panglima TNI Lewat Twitter, Begini Penjelasan Nikita Mirzani
2. Diserang saat perjalanan pulang
Saat itu Saruli dengan istrinya, Bunuidalam perjalanan pulang ke rumah sehabis memotong getah di kebun.
Tak lama berselang, seekor beruang tiba-tiba saja datang dan langsung menyerang istrinya.
"Waktu itu katanya, jarak dia dengan istrinya sekitar 10 meter. Istrinya berada di depan. Mereka jalan kaki beriringan," sebut Kawi lagi.
3. Bergumul dengan beruang
Saat itu menurut cerita yang disampaikan Saruli kepadanya, sang istri sudah dalam posisi tengah bergumul dengan beruang.
Bunui berusaha sekuat tenaga melawan dan melepaskan diri dari beruang ganas tersebut.
"Melihat itu, Saruli langsung berlari ke arah sang istri untuk mencoba menyelamatkan. Tapi ternyata dia juga diserang sampai tidak berdaya," kata Kawi.
Masih menurut keterangan Kawi, saat ditanyai, Saruli sempat mengungkapkan jika beruang tersebut berukuran besar.
"Dia sempat bilang tadi sebelum penanganan (perawatan), beruangnya besar," ulas Kawi.
Terkuak! Ini Rahasia Mengapa Ukuran Dada Ariel Tatum Kadang Terlihat Besar Kadang Tampak Kecil
4. Beruang melarikan diri
Warga yang sedang memanen sawit tidak jauh dari lokasi kejadian, langsung berdatangan begitu tahu kejadian itu.
Mereka membawa peralatan seperti Dodos dan Parang untuk menolong korban.
"Melihat banyak warga datang, Beruang itu melarikan diri," kata Kepala Kepolisian Sektor Kampar Kiri, Kompol. Jhon Firdaus
5. Nyawa Istri tak tertolong
Dalam peristiwa itu Bunui akhirnya meregang nyawa.
Kepala Kepolisian Sektor Kampar Kiri, Kompol. Jhon Firdaus, Bunai meninggal dunia di tengah perjalanan ke Puskesmas Kampar Kiri.
Sedangkan Saruli mengalami luka berat dan dirawat di RSUD Arifin Achmad, Pekanbaru.
Tampil di Sebuah Majalah dengan Pose Begini, Luna Maya Langsung Dapat Kecaman
6. Tim BBKSDA Riau Turun ke Lokasi
Humas Balai Besar KSDA Riau, Dian Indriati membenarkan adanya peristiwa penyerangan hewan jenis beruang terhadap dua orang warga di Desa Teluk Paman, Kabupaten Kampar, Selasa (3/10/2017).
Menurut Dian tim dari BBKSDA Riau sudah diterjunkan ke lapangan dengan menyiapkan kerangkeng.
"Tim BBKSDA telah turun ke lokasi dengan menyiapkan kerangkeng untuk penanganan konflik beruang tersebut," terang Dian.
Penanganan dilakukan bersama dengan Polsek setempat, WWF, aparat desa dan pihak terkait. (Tribun Pekanbaru/Sesri)
Berita ini sudah tayang di Tribun Pekanbaru dengan judul: 6 Fakta Serangan Beruang yang Dialami Suami Istri Petani Karet di Kampar, Nomor 3 Ngeri!
Suami sebaiknya mempertahankan akhlak mulia di hadapan istri
Mengutip dari Bincang Syariah, pertentangan antara suami dan istri memang tidak bisa terelakkan. Setiap perdebatan yang terjadi juga bisa menjadi bumbu dalam menjalani kehidupan rumah tangga.
Namun, ketika sudah saling hina satu sama lain, maka sebaiknya perlu dihindari oleh keduanya. Ini baik suami ke istri, maupun istri kepada suaminya.
Bahkan, Rasulullah sendiri mengatakan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Imam Ahmad, suami terbaik adalah mereka yang mampu mempertahankan kebaikan akhlaknya di depan pasangan.
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik kepada istrinya.”
Tempat itu ramai pengunjung, musik berdentum keras, membuat tubuh orang yang berkunjung ke sana hendak menari mengikuti irama. Beberapa orang memilih berkunjung ke sana untuk menghilangkan penat, mencari hiburan, mengalihkan pikiran, dan beberapa orang lagi menjadikan tempat itu sebagai pelarian dari kenyataan hidup yang begitu menyakitkan. Berusaha menyembuhkan luka dengan keramaian yang hanya membuat mereka merasa hampa. “Siapa di sini yang ingin mencicipi seorang perawan?” Teriakan disertai tawa itu membuat semua mata mengarahkan pandangan ke sumber suara. Seorang wanita muda menunduk di samping pria yang sibuk berteriak bagaikan seorang marketing yang tengah menawarkan barang jualannya. Pria berambut gondrong dengan mata memerah, khas orang mabuk itu telah membuat wanita di sampingnya bergetar ketakutan. Wanita itu pun menggeliatkan tangan, berusaha melepaskan cengkraman tangan Si pria paruh baya, namun tampak tak berhasil. Setiap ia melakukannya, maka Si pria akan semakin menguatkan cengkraman tangannya. Si wanita pada akhirnya hanya bisa meringis kesakitan. “Aku pastikan wanita ini masih perawan. Ada harga, ada kualitas, jadi jangan takut tertipu. Kalian bisa membayar murah untuk menidurinya.” Si pria mabuk itu tertawa mengerikan, sedang Si wanita bergidik ngeri. Tubuhnya pun terlihat bergetar karena takut. “Berapa kau mau menjualnya?” Seorang pria tua berperut buncit itu mulai tampak berminat. Apalagi saat wanita itu mengadahkan wajah, semua orang bisa melihat kecantikannnya walau di bawah cahaya remang tempat itu. “Jual saja padaku. Aku akan membayar lebih,” Seorang pria lainnya mulai berjalan mendekat. Ia tak ingin ada yang mendapatkan wanita yang cantik dan menggairahkan itu. “Aku yang lebih dulu menawarnya!” Pria buncit tadi mulai protes dan mendorong pria yang tadi berjalan mendahuluinya. Kedua orang itu tampak berdebat, menghilangkan minat Si lelaki penjual untuk memberikan barang dagangannya pada mereka. “Kalau kalian nggak berhenti berantem. Aku berikan pada yang lain. Siapa ada yang mau membelinya. Aku hanya melayani pembeli yang serius dan punya uang tentunya.” Tawa keras pria itu, membuat Si wanita mulai meneteskan air mata. Rasa takut mulai menjalar ke penjuru hatinya, namun tenaganya kalah dari pria itu, membuatnya tak bisa kabur begitu saja. Wanita itu mengadahkan wajah, menatap sekeliling, mencoba mencari jalan keluar dan hendak menyelamatkan dirinya sendiri. Di dunia ini tak ada satupun orang baik, itulah yang dipercayanya. Sehingga ia tak harus menjadi seorang putri yang menunggu pangeran berkuda putih untuk menyelamatkannya dari cengkraman monster yang mengerikan. Ia harus segera lari. Mata wanita itu bertemu dengan sepasang mata elang yang menatapnya tajam. Tak seperti mata para lelaki berhidung belang di ruangan itu, pria yang duduk di dekat bar menatapnya dengan tatapan dingin, terlihat tak berminat dengan perlelangan manusia yang dilakukan oleh pria paruh baya di sampingnya. Wanita itu ingin meminta tolong, namun diurungkannya karena ia yakin jika seorang yang memiliki hubungan darah saja bisa menjualnya, maka tak mungkin ada seorang asing yang mau menyelamatkannya. Hakikatnya, para malaikat hanya ada di dalam surga, terletak nan jauh di atas langit sana. Oleh karena itu, ia tahu benar jika tak mungkin ada yang mau menolongnya. Mata mereka masih saling berpandangan, terkunci. Ketakutan terlihat jelas di mata si wanita, namun pria dingin itu terlihat tak peduli, seakan menikmati rasa takut yang tak bisa disembunyikan Si wanita. Pria itu tersenyum miring, tanpa aba-aba pria dengan tatapan elang itu berjalan ke arah mereka. Semakin dekat, hingga tanpa sadar membuat Si wanita menahan nafas selama beberapa detik. Menunggu cemas akan apa yang akan dilakukan oleh pria itu. “Aku yang akan membelinya. Berapa harga yang kau tawarkan?” Suara dalam pria yang kini sudah berdiri di hadapan mereka membuat Si wanita cukup terperanjat, tak menyangka pria berwajah dingin itu ikut menawar harga atas tubuhnya. Pria di samping wanita itu tertawa keras dan menatap lelaki muda di hadapannya dengan tatapan mengejek. “Anak muda, ini bukanlah tempat bermain. Ini adalah tempat di mana para pria dewasa mencari mainan mereka. Kembalilah dalam beberapa tahun lagi.” Pria yang Si wanita perkirakan berumur tiga puluhan itu tersenyum miring, merasa tak terima dihina oleh lelaki di hadapannya. “Tampaknya, kaulah yang mau main-main di sini. Aku sangat serius untuk membeli wanita itu. Berapa harga yang kau tawarkan untuk tubuhnya?” Si wanita bergidik ngeri mendengarkan pembicaraan itu, seakan-akan tubuhnya adalah barang yang tak begitu berharga dan bisa diperjual belikan seenaknya. Mengapa tak ada seorangpun yang menanyakan kesediaannya sebagai pemilik tubuhnya sendiri? Air mata wanita itu mengalir semakin deras. Otaknya terus mencari cara untuk pergi dari tempat terkutuk itu. “Oh ya? Anak muda sepertimu punya uang?” Si pria mengelus-elus dagunya, bersikap seakan tengah berpikir keras, “Bagaimana dengan dua puluh juta? Apa kau ada uang sebanyak itu? Atau kau harus menjual ginjalmu dulu untuk mendapatkan uang itu? Caramu berpakaian memang rapi, dengan jas hitam yang tampak cocok dengan tubuhmu, tapi aku nggak yakin jika pria muda sepertimu mempunyai uang sebanyak itu.” Pria muda itu tertawa. “Hanya segitu harga keperawanannya? Kau bilang, harga segitu akan membuatku menjual ginjalku? Asal kau tahu, ginjalku jauh lebih mahal daripada jumlah tak seberapa yang kau sebutkan!” Si pria mengeraskan rahangnya. “Wah … wah … tampaknya aku tengah berurusan dengan seorang anak mami yang kaya raya. Jika menurutmu harga segitu nggak berarti, berikan uangnya dan kau bisa menikmati tubuh wanita ini sepuasmu. Dia akan segera menjadi milikmu. Baiknya kita kurangi pembicaraan dan langsung menyelesaikan transaksi kita untuk mengetahui keseriusanmu,” pria paruh baya itu menautkan kedua alis, senyum licik terukir di bibirnya. “Bagaimana aku bisa membayarnya?” Pria paruh baya itu tertawa senang. Tampaknya pria muda di hadapannya bersungguh-sungguh ingin membeli wanita yang dijualnya. Ia butuh uang cepat dan tak mungkin mengharapkan orang lain terus memperebutkan wanita itu dan membuat waktunya terbuang sia-sia. Ia harus segera menyerahkan Si wanita, menerima uang, dan membuang wanita itu. “Baiklah, kau bisa transfer ke rekeningku. Setelah uang masuk, kau bisa membawanya.” Si pria muda menanyakan nomer rekening yang diberi langsung oleh pria paruh baya tadi. Tak menunggu lama, sejumlah uang yang mereka sepakati telah masuk ke dalam rekening Si penjual. Pria itu terbahak, merasa sangat senang. Ia pun mendorong wanita di sampingnya tadi pada pria di depannya. “Nikmati malam panjangmu bersamanya,” ucap pria tadi sembari tertawa keras dan berlalu meninggalkan tempat terkutuk itu. Ia memiliki cukup uang untuk melanjutkan hobi berjudinya berkat wanita yang dijualnya tadi. Sungguh, malam yang sangat beruntung. “Tolong … lepaskan aku,” ucap wanita itu sembari terisak, berharap ada sedikit belas kasih untuk dirinya yang malang. Tatapan mata penuh ketakutan dan permohonan itu seakan tak berarti apa pun untuk Si pria. Wajahnya masih sama dingin, tatapan setajam elangnya tak menunjukkan iba sedikitpun, membuat Si wanita yakin jika tak ada jalan keluar lagi. “Siapa namamu?” Pria itu mendekatkan bibirnya pada telinga Si wanita, “Wanita yang telah kubeli. Siapa namamu?” Lanjutnya berbisik datar pada telinga Si wanita. “A … A … manda …” Wanita itu terbata. Ketakutan telah mendominasi hatinya. Hari ini, tak ada malaikat yang diturunkan untuk menyelamatkannya. Semua orang hanya memperlakukannya bak barang. Pria yang telah membelinya itu pun sama saja dengan manusia lain di muka bumi ini. Egois dan tak mau menolong mereka yang memohon pertolongan.
Tempat itu ramai pengunjung, musik berdentum keras, membuat tubuh orang yang berkunjung ke sana hendak menari mengikuti irama. Beberapa orang memilih berkunjung ke sana untuk menghilangkan penat, mencari hiburan, mengalihkan pikiran, dan beberapa orang lagi menjadikan tempat itu sebagai pelarian dari kenyataan hidup yang begitu menyakitkan. Berusaha menyembuhkan luka dengan keramaian yang hanya membuat mereka merasa hampa. “Siapa di sini yang ingin mencicipi seorang perawan?” Teriakan disertai tawa itu membuat semua mata mengarahkan pandangan ke sumber suara. Seorang wanita muda menunduk di samping pria yang sibuk berteriak bagaikan seorang marketing yang tengah menawarkan barang jualannya. Pria berambut gondrong dengan mata memerah, khas orang mabuk itu telah membuat wanita di sampingnya bergetar ketakutan. Wanita itu pun menggeliatkan tangan, berusaha melepaskan cengkraman tangan Si pria paruh baya, namun tampak tak berhasil. Setiap ia melakukannya, maka Si pria akan semakin menguatkan cengkraman tangannya. Si wanita pada akhirnya hanya bisa meringis kesakitan. “Aku pastikan wanita ini masih perawan. Ada harga, ada kualitas, jadi jangan takut tertipu. Kalian bisa membayar murah untuk menidurinya.” Si pria mabuk itu tertawa mengerikan, sedang Si wanita bergidik ngeri. Tubuhnya pun terlihat bergetar karena takut. “Berapa kau mau menjualnya?” Seorang pria tua berperut buncit itu mulai tampak berminat. Apalagi saat wanita itu mengadahkan wajah, semua orang bisa melihat kecantikannnya walau di bawah cahaya remang tempat itu. “Jual saja padaku. Aku akan membayar lebih,” Seorang pria lainnya mulai berjalan mendekat. Ia tak ingin ada yang mendapatkan wanita yang cantik dan menggairahkan itu. “Aku yang lebih dulu menawarnya!” Pria buncit tadi mulai protes dan mendorong pria yang tadi berjalan mendahuluinya. Kedua orang itu tampak berdebat, menghilangkan minat Si lelaki penjual untuk memberikan barang dagangannya pada mereka. “Kalau kalian nggak berhenti berantem. Aku berikan pada yang lain. Siapa ada yang mau membelinya. Aku hanya melayani pembeli yang serius dan punya uang tentunya.” Tawa keras pria itu, membuat Si wanita mulai meneteskan air mata. Rasa takut mulai menjalar ke penjuru hatinya, namun tenaganya kalah dari pria itu, membuatnya tak bisa kabur begitu saja. Wanita itu mengadahkan wajah, menatap sekeliling, mencoba mencari jalan keluar dan hendak menyelamatkan dirinya sendiri. Di dunia ini tak ada satupun orang baik, itulah yang dipercayanya. Sehingga ia tak harus menjadi seorang putri yang menunggu pangeran berkuda putih untuk menyelamatkannya dari cengkraman monster yang mengerikan. Ia harus segera lari. Mata wanita itu bertemu dengan sepasang mata elang yang menatapnya tajam. Tak seperti mata para lelaki berhidung belang di ruangan itu, pria yang duduk di dekat bar menatapnya dengan tatapan dingin, terlihat tak berminat dengan perlelangan manusia yang dilakukan oleh pria paruh baya di sampingnya. Wanita itu ingin meminta tolong, namun diurungkannya karena ia yakin jika seorang yang memiliki hubungan darah saja bisa menjualnya, maka tak mungkin ada seorang asing yang mau menyelamatkannya. Hakikatnya, para malaikat hanya ada di dalam surga, terletak nan jauh di atas langit sana. Oleh karena itu, ia tahu benar jika tak mungkin ada yang mau menolongnya. Mata mereka masih saling berpandangan, terkunci. Ketakutan terlihat jelas di mata si wanita, namun pria dingin itu terlihat tak peduli, seakan menikmati rasa takut yang tak bisa disembunyikan Si wanita. Pria itu tersenyum miring, tanpa aba-aba pria dengan tatapan elang itu berjalan ke arah mereka. Semakin dekat, hingga tanpa sadar membuat Si wanita menahan nafas selama beberapa detik. Menunggu cemas akan apa yang akan dilakukan oleh pria itu. “Aku yang akan membelinya. Berapa harga yang kau tawarkan?” Suara dalam pria yang kini sudah berdiri di hadapan mereka membuat Si wanita cukup terperanjat, tak menyangka pria berwajah dingin itu ikut menawar harga atas tubuhnya. Pria di samping wanita itu tertawa keras dan menatap lelaki muda di hadapannya dengan tatapan mengejek. “Anak muda, ini bukanlah tempat bermain. Ini adalah tempat di mana para pria dewasa mencari mainan mereka. Kembalilah dalam beberapa tahun lagi.” Pria yang Si wanita perkirakan berumur tiga puluhan itu tersenyum miring, merasa tak terima dihina oleh lelaki di hadapannya. “Tampaknya, kaulah yang mau main-main di sini. Aku sangat serius untuk membeli wanita itu. Berapa harga yang kau tawarkan untuk tubuhnya?” Si wanita bergidik ngeri mendengarkan pembicaraan itu, seakan-akan tubuhnya adalah barang yang tak begitu berharga dan bisa diperjual belikan seenaknya. Mengapa tak ada seorangpun yang menanyakan kesediaannya sebagai pemilik tubuhnya sendiri? Air mata wanita itu mengalir semakin deras. Otaknya terus mencari cara untuk pergi dari tempat terkutuk itu. “Oh ya? Anak muda sepertimu punya uang?” Si pria mengelus-elus dagunya, bersikap seakan tengah berpikir keras, “Bagaimana dengan dua puluh juta? Apa kau ada uang sebanyak itu? Atau kau harus menjual ginjalmu dulu untuk mendapatkan uang itu? Caramu berpakaian memang rapi, dengan jas hitam yang tampak cocok dengan tubuhmu, tapi aku nggak yakin jika pria muda sepertimu mempunyai uang sebanyak itu.” Pria muda itu tertawa. “Hanya segitu harga keperawanannya? Kau bilang, harga segitu akan membuatku menjual ginjalku? Asal kau tahu, ginjalku jauh lebih mahal daripada jumlah tak seberapa yang kau sebutkan!” Si pria mengeraskan rahangnya. “Wah … wah … tampaknya aku tengah berurusan dengan seorang anak mami yang kaya raya. Jika menurutmu harga segitu nggak berarti, berikan uangnya dan kau bisa menikmati tubuh wanita ini sepuasmu. Dia akan segera menjadi milikmu. Baiknya kita kurangi pembicaraan dan langsung menyelesaikan transaksi kita untuk mengetahui keseriusanmu,” pria paruh baya itu menautkan kedua alis, senyum licik terukir di bibirnya. “Bagaimana aku bisa membayarnya?” Pria paruh baya itu tertawa senang. Tampaknya pria muda di hadapannya bersungguh-sungguh ingin membeli wanita yang dijualnya. Ia butuh uang cepat dan tak mungkin mengharapkan orang lain terus memperebutkan wanita itu dan membuat waktunya terbuang sia-sia. Ia harus segera menyerahkan Si wanita, menerima uang, dan membuang wanita itu. “Baiklah, kau bisa transfer ke rekeningku. Setelah uang masuk, kau bisa membawanya.” Si pria muda menanyakan nomer rekening yang diberi langsung oleh pria paruh baya tadi. Tak menunggu lama, sejumlah uang yang mereka sepakati telah masuk ke dalam rekening Si penjual. Pria itu terbahak, merasa sangat senang. Ia pun mendorong wanita di sampingnya tadi pada pria di depannya. “Nikmati malam panjangmu bersamanya,” ucap pria tadi sembari tertawa keras dan berlalu meninggalkan tempat terkutuk itu. Ia memiliki cukup uang untuk melanjutkan hobi berjudinya berkat wanita yang dijualnya tadi. Sungguh, malam yang sangat beruntung. “Tolong … lepaskan aku,” ucap wanita itu sembari terisak, berharap ada sedikit belas kasih untuk dirinya yang malang. Tatapan mata penuh ketakutan dan permohonan itu seakan tak berarti apa pun untuk Si pria. Wajahnya masih sama dingin, tatapan setajam elangnya tak menunjukkan iba sedikitpun, membuat Si wanita yakin jika tak ada jalan keluar lagi. “Siapa namamu?” Pria itu mendekatkan bibirnya pada telinga Si wanita, “Wanita yang telah kubeli. Siapa namamu?” Lanjutnya berbisik datar pada telinga Si wanita. “A … A … manda …” Wanita itu terbata. Ketakutan telah mendominasi hatinya. Hari ini, tak ada malaikat yang diturunkan untuk menyelamatkannya. Semua orang hanya memperlakukannya bak barang. Pria yang telah membelinya itu pun sama saja dengan manusia lain di muka bumi ini. Egois dan tak mau menolong mereka yang memohon pertolongan.
Offenbar hast du diese Funktion zu schnell genutzt. Du wurdest vorübergehend von der Nutzung dieser Funktion blockiert.
Wenn dies deiner Meinung nach nicht gegen unsere Gemeinschaftsstandards verstößt,
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Ikatan pernikahan memang sakral dalam ajaran agama Islam. Dua insan bersatu dalam ikatan pernikahan yang sah, seharusnya bisa terus dijaga komitmennya hingga maut memisahkan.
Selama menjadi suami istri, keduanya pun harus mengasihi, menyayangi, menghormati bahkan menjaga satu sama lain.
Namun, bagaimana nasib istri yang sering dihina oleh suami? Apakah istri boleh membalas hinaannya, apabila batas kesabarannya habis?
Nah, untuk menjawab pertanyaan tersebut, Popmama.com telah merangkum penjelasan terkait beberapa hadis Nabi SAW.
Yuk, disimak dengan baik!
Anjuran agar pasangan suami istri tidak saling menghina
Baik secara hukum, ketika ada seseorang yang mengalami penghinaan, maka bolehmembalas hinaan tersebut dengan kadar tidak melebihidari hinaan yang diterima.
Namun perlu diketahui bahwa dalam ajaran agama Islam tidak hanya menilai dari aspek hukum semata saja, melainkan ada aspek seperti akhlak.
Sepatutnya, demi kelangsungan rumah tangga, pasangan suami istri diharuskan untuk mencari solusi bersama. Rasulullah pun mengingatkan kepada kita semua dari hadis yang diriwayatkan Muslim agar tidak saling menghina.
“Tidak boleh seorang mukmin menjelekkan seorang mukminah. Jika ia membenci satu akhlak darinya maka ia rida darinya (dari sisi) yang lain.”